Sore ini tak tau kenapa lagi males banget ngapa - ngapain. Nulis artikel harus nguras pikiran sementara tubuh sedang tidak bisa di ajak kerjasama. Sejak dua hari kemarin terkena serangan flu. Eh, tiba - tiba keinget sama urusan bisnis. Bisnis itu susah ya?
Yups, tak bisa di pungkiri, bisnis itu penuh resiko dan mengharuskan pelakunya untuk open minded selalu selalu mau belajar. Seorang wirausaha memang seorang penjudi, betul sekali, seorang penjudi yang harus siap kehilangan banyak uang untuk menantang resiko.
Jadi keinget kata - kata temen, " mending kerja lebih pasti dan tenang ". kebayang juga kalau punya kerjaan tetap. Tak perlu memikirkan resiko untung rugi, yang penting berangkat kerja. Pulang pada waktunya. Siap disuruh sama si bos. awal bulan gajian. selesai.
Berbeda dengan seorang wirausaha, setiap hari harus memikirkan yang namanya resiko untung rugi bahkan kebangkrutan. Saya sendiri sudah mengalami kebangkrutan dengan total kerugian sampai Rp. 20juta. Belum lagi dengan ketidak pastian pendapatan yang terkadang bahkan harus minus. Lebih beratnya lagi, pandangan masyarakat selalu saja memojokkan dan memandang wirausahawan adalah contoh pengangguran.
Bahkan, untuk mencari istripun susah ( jangan kasih tau siapa - siapa ) karena katanya wirausaha itu tidak
menjamin, suatu saat bisa saja bangkrut. Berbeda dengan karyawan tetap, sudah di jamin hidupnya sama perusahaan katanya. Gigit jari dech.
menjamin, suatu saat bisa saja bangkrut. Berbeda dengan karyawan tetap, sudah di jamin hidupnya sama perusahaan katanya. Gigit jari dech.
Tapi, mau gimana lagi. Orang itu kan di bagi menjadi dua, orang bermental pekerja dan bermental pengusaha. Kalau sudah punya mental pekerja ya susah kalau mau berwirausaha, lha wong belum berusaha aja udah mikir ruginya dulu. Mereka tidak mau keluar dari zona nyaman mereka. Takut jika mengalami kerugian yang berimbas pada hilangnya uang mereka.
Nah kalau mental pengusaha, biar rugi berapapun, mereka akan tetap mencoba. bagi mereka kegagalan adalah proses belajar yang menjadi sumber ilmu. Dari kegagalan - kegagalan tersebutlah kemudian mereka menemukan cara baru, inovasi baru serta mental dan sikap yang baru untuk menjadi lebih baik sehingga semakin dekat dengan kesuksesan.
Faktanya, orang terkaya bukan dari golongan Karyawan. Bisnis merupakan rumah bagi siapapun, entah anda itu jelek, kurus, item, pendek, tak sekolah, cacat, atau miskin, anda masih bisa sukses. berbeda dengan karyawan yang harus memiliki ijazah minimal SMP, kadang harus berpenampilan menarik, harus bisa ini - itu sampai kemasalah tinggi badan.
Apa kesimpulannya? Pilihan ada di tangan kita. Setiap pilihan mengandung resiko yang harus kita terima baik buruknya. Jika anda seorang bermental karyawan, jadilah karyawan yang baik yang menikmati pekerjaan serta memberikan 200 % kemampuan anda untuk si bos yang menggaji anda.
Kalau anda memilih wirausaha? Anda adalah pejuang sejati. Petarung yang berusaha merubah nasib dengan resiko kehilangan. Pun imbalannya sebanding ketika anda sudah sukses. kita memiliki banyak waktu untuk beribadah, untuk bercengkrama dengan keluarga, untuk melihat perkembangan anak - anak kita lebih dari itu kita bisa mengkayakan diri kita dengan sikap bersyukur.
Seorang wirausaha harus memiliki sikap sabar ketika rugi, sikap syukur ketika mendapat keuntungan besar. Berbeda dengan karyawan yang akan bersyukur setiap tanggal awal dan bersabar saat tanggal tua sambil mencari utangan. Upss.
Yang pasti jadilah yang terbaik di posisi anda. Tidak mungkin jika di dunia ini menjadi pengusaha semua, siapa yang nanti jadi karyawan? nah lo, kalo semua karyawan siapa yang akan menggaji karyawan? so, silahkan tentukan pilihan anda dan kirim segera ke Tuhan melalui Doa dengan tarif usaha maksimal dari anda.
Salam sukses selalu. Buat Pak Bos, maaf belum ada inspirasi nulis artikel berbobot. hehehe.
0 komentar:
Posting Komentar